Laman

Jumat, 08 November 2013

Mahasiswa-Mahasiswa Ini Menjadi Juara Dunia di Laboratorium Genetika

Der untenstehende Text ist eine Übersetzung von einem Artikel auf www.faz.net (Frankfurt Allgemeine Zeitung)
Teks di bawah ini merupakan terjemahan dari artikel di www.faz.net (Kompas-nya Jerman)


"“Emas” di Heidelberg
Mahasiswa-Mahasiswa Ini Menjadi Juara Dunia di Laboratorium Genetika

06-11-2013
Siapa yang tertarik dengan rekayasa genetika? Mungkin memang hanya sedikit yang tertarik, tetapi generasi penerus kita sekarang (di sini: orang Jerman - red) sedang berada di puncak dunia. Pada kejuaraan dunia iGEM (International Genetically Engineered Machines) yang diselenggarakan di MIT, tim dari Jerman telah mampu berbicara banyak, tim dari Universitas Heidelberg bahkan memperoleh medali emas.

The philosopher’s stone” atau batu bertuah ternyata benar-benar terbukti khasiatnya – dan pada proyek bernama samalah sebuah penghargaan akan kecemerlangan diberikan, sebuah proyek tentang emas. Untuk pertama kalinya, mahasiswa-mahasiswa Universitas Heidelberg ini menjadi juara dunia di bidang Biologi Sintetik. Tidak hanya itu, dalam kejuaraan bergengsi bernama iGEM yang diselenggarakan di Massachussets Institute of Technology (MIT) Boston itu, yang sejak 9 tahun yang lalu telah mulai mencari bibit-bibit peneliti muda yang unggul, tim dari Jerman yang lainnya juga mampu memperoleh pencapaian berikut: Dari 6 finalis di kejuaraan itu (dari total 204 tim yang ikut serta), kelimanya berasal dari Eropa, sedangkan satu lainnya berasal dari Cina. Tiga dari 5 tim yang berasal dari Eropa itu berasal dari universitas-universitas di Jerman: TU München berada persis satu level di bawah peringkat Heidelberg dengan “Filter-Physco” dari tumbuhan lumutnya. Di kejuaraan mahasiswa di atas 24 tahun (mahasiswa tingkat magister), tim dari Universitas Bielefeld berhasil mendapatkan medali perak dengan "batere biologi" dari bakterinya. Beberapa waktu yang lalu mereka memang telah lolos seleksi dari penyisihan kompetisi iGEM tingkat Eropa yang diadakan di Lyon, Perancis. Tim-tim lain yang mengikuti kejuaraan ini antara lain tim dari Stanford, MIT, Imperial College, atau ETH Zürich, begitu juga dengan talenta Asia seperti Peking University dan Tokyo Institute of Technology.
 
Foto tim dari Heidelberg, pemegang trofi “Bio-Brick” 2013,
bersama pembimbingnya, Prof. Roland Eils (kedua dari kiri)

International Competition of Genetically Engineered Machines”, jika kita perhatikan dengan seksama, sebenernya akan sulit dipercaya kalau penelitian Jerman akan hal ini memegang peran yang penting di dunia. Rekayasa Genetika, sebagai konsep dasar dari Biologi Sintetik tidak mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat di Jerman. Para peneliti di bidang ini ditolak secara radikal, begitu juga hal tentang rekayasa genetika ini sering dipertanyakan resikonya oleh masyarakat. Orang-orang tidak ingin tahu apakah ilmu ini bisa menciptakan obat-obatan baru, tidak tertarik terhadap kemungkinan proyek bioteknologi yang ramah lingkungan, apalagi di bidang pangan, di mana rekayasa genetika merupakan sebuah hal yang tabu. Kebanyakan dari mereka yakin, bahwa rekayasa genetika tidak boleh diterapkan sama sekali dalam memproduksi makanan. Banyak negara bagian yang menyuarakan bahwa di negara bagian mereka adalah bebas dari rekayasa genetika, demikian kata pemimpin negara bagian Bavaria, Horst Seehofer.

Akan tetapi, syukurlah bahwa di beberapa lingkungan yang memang kurang bersahabat bagi makhluk hidup, ada beberapa tanaman yang diperbolehkan oleh pemerintah/ kementerian pertanian untuk dikembangkan melalui penelitian murni. Ahli bioinformatik dan peneliti genetika Heidelberg, Prof. Roland Eils, yang bekerja di Pusat Penelitian Kanker Jerman (DKFZ) dan di laboratorium institut-institut penelitian di Universitas Heidelberg, sejak beberapa tahun yang lalu sudah mulai memperkenalkan ilmu dan teknik-teknik bioteknologi kepada para mahasiswa di kampus. Dengan motto “Kreativitas melalui Idealisme” ia memotivasi mahasiswa Biologi, Informatika, dan Matematika sejak awal semester untuk pandai-pandai mengorganisasi diri, bekerja dalam sebuah tim, dan tak ketinggalan siap untuk rela berkorban. Para peserta iGEM ini sejak awal sudah diberi tahu, bahwa mereka tidak akan mempunyai liburan musim panas, karena persiapan menuju kejuaraan dunia harus mendapatkan prioritas utama.

Ini juga berarti, bahwa proyek rekayasa genetika Heidelberg seharusnya menjadi sebuah karya pembangunan yang utuh: Emas yang bisa didapat kembali dari sampah elektronik melalui peptida non-ribosomal sintetase. Di balik kenyataan itu tersembunyi proses kehidupan yang hampir belum diketahui: Tidak seperti biasanya, di mana sebuah peptida di dalam sel diproduksi di pabrik protein bernama ribosom, peptida kecil ini benar-benar tidak bergantung pada ribosom sama sekali. Kenyataan ini bisa dilihat di beberapa kelompok organisme bakteri dan jamur. Tampak jelas pula, bahwa peptida ini sangat beranekaragam dan bermanfaat: beberapa bekerja seperti Tyrocidine yang bersifat antibiotik terhadap kuman penyakit. Sebagian lagi bekerja sebagai zat pewarna, sebagai neurotransmitter, sebagai modulator sistem imun dan saraf, bahkan sebagai zat pemanis. Mahasiswa-mahasiswa Heidelberg ini berhasil menciptakan peptida non-ribosomal (NRP) di sebuah bakteri melalui kecerdikan mereka mengkombinasikannya secara genetika. Peptida ini mampu melarutkan partikel emas dari sampah elektronik dan sekaligus mengolah sampahnya. Perkiraan biaya untuk aplikasinya juga sudah diperhitungkan secara rinci, dan dinyatakan akan mampu bersaing dengan industri masa kini dalam pengolahan emas menggunakan zat kimia. “Tentu saja dengan nilai plus lebih ramah lingkungan karena bioreaktor”, demikian kata seorang mahasiswa ketika mempresentasikannya di depan juri MIT.

Konsep ini benar-benar meyakinkan, karena di samping mampu mengharumkan nama baik Heidelberg di dunia Biologi, sebuah cara untuk menandai peptida dari mikroba pun mereka dikembangkan. Mereka tidak menggunakan green fluorescence protein (GFP) yang sudah sangat terkenal dan luas aplikasinya, yang pengembangannya di bidang teknik biologi mendapatkan nobel kimia 5 tahun silam. NRP mereka menggunakan label pigmen kecil berwarna biru dari Indigoidine, yang mampu menandai peptida terpendek, sehingga dapat dilihat dengan jelas di bawah mikroskop. "Ini merupakan sebuah penemuan baru di Heidelberg, yang sekarang sedang kami klaimkan hak patennya", kata pembimbing iGEM mereka, Roland Eils. “Untuk itulah kami membawanya ke MIT, sekaligus untuk diperkenalkan secara luas”, katanya menambahkan.
Tim iGEM dari Universitas Freiburg, Jerman juga mendapatkan penghargaan yang tidak bisa dianggap remeh. Delapan belas mahasiswa tingkat sarjana dan magister mereka berhasil memenangkan penghargaan “Best Foundational Advance Award” dengan Toolkit uniCAS mereka, sebuah obeng universal terhadap gen di dalam sel. Ini merupakan penghargaan terbaik dari konsep dasar perkembangan dunia Biologi Sintetik.

Originaler Text: http://www.faz.net/aktuell/wissen/mensch-gene/heidelberger-goldrausch-studenten-weltmeister-im-genlabor-12650509.html"


Beberapa dari mereka adalah teman kuliahku satu jurusan..
Ich bin stolz auf euch, auf die Molekulare Biotechnologie und auf die Universität Heidelberg!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar