Laman

Jumat, 25 Oktober 2013

Mimpi

Sudah lama rasanya tidak bertaut-tautan lagi.
Bertautologi ahhh..

Semalam aku bermimpi, bertemu dengan seorang sahabat masa kecilku, sebut saja dia si Kumbang.

MIMPI
Ternyata aku selalu menganggap si Kumbang ini berada di keluarga dengan penghasilan yang pas-pasan saja, bahkan mungkin kurang (makanya sampai terbawa mimpi). Maaf ya Kumbang, karena itulah namamu aku sensor di sini. Tapi percayalah, aku nggak pernah bermaksud merendahkan atau apapun, kamu selalu jadi salah satu inspirasiku, malahan hari ini tanpa aku minta, kamu memberiku lagi sebuah pelajaran hidup.

Dalam mimpi itu, ketika aku berkunjung ke rumah si Kumbang, ternyata aku ditawari untuk makan Schnitzel (daging iris ala Jerman) yang hari itu dimasak di keluarga mereka. Schnitzelnya tersedia dalam jumlah yang luar biasa banyak. Mula-mulanya aku malu-malu (biasalah, sampai sekarang aku masih memegang teguh prinsip hidup orang Jawa..), tapi perlahan-lahan kalau ditawari buat nambah, aku selalu bilang mau :D

Sehabis makan, seperti biasa kami blusukan (dalam arti yang sesungguhnya), bermain-main di sawah dan alam pedesaan yang ada.
Pelajaran hidupnya berinti di sini:
Tiba-tiba aku melihat ada mas-mas lewat yang jual semacam tempura (daging yang ditusuk seperti sate). Karena sudah lama nggak makan itu, aku pun tertarik buat membelinya.

Aku ingat betul dalam mimpiku, waktu itu aku membeli 3 tusuk daging, dan masnya bilang: "Jadi semuanya Rp 6.000,-."
Aku lupa kalau aku bisa saja lupa membawa uang rupiah karena uang sehari-hari yang ada di dompetku sekarang adalah uang euro (ya jelaslah, bisa dipakai buat beli apa kalau bawa uang rupiah sehari-hari di sini..)
Si Kumbang juga beli, jumlahnya aku tidak ingat. Dia bilang mau kembali ke rumah yang tidak jauh dari situ untuk mengambil uang dulu.

Bukannya GR atau apa, tapi aku punya firasat kalau aku bakal dibayarin (beginilah cara hidup di daerah kami). Dan aku tentunya nggak mau, tadi aku dikasih makan, masa' sekarang dibayari juga.
Aku bersikeras mencari uang rupiah yang ada di dompetku. Dan ternyata ada! Selembar uang Rp 50.000,-..

Ketika aku akan menyerahkan uang ini ke mas'e, si Kumbang datang juga untuk menyerahkan selembar uang Rp 10.000,-. Kejadian semacam ini bener-bener kejadian yang tidak langka dijumpai di daerah kami. Dua orang menyodorkan uang kepada penjual.

Si Penjual pun akhirnya membuat keputusan untuk menerima uang dari si Kumbang.
Kenapa begitu? Kalau aku mau cari-cari alasan sih, mungkin karena si Penjual ini nggak punya uang kembalian atau malas ngembaliin uang banyak-banyak kalau dibayar pakai uang Rp 50.000,-.

Tapi si Penjual itu mengeluarkan alasan ini: "Aku nerima uang si Kumbang yang orang sini aja ya (dia kenal sama si Kumbang)". "Lho koq gitu mas, terima ini aja, kan aku yang pertama ngasih", kataku.
Si Penjual menolak. Dia lebih setuju untuk menerima uang dari si Kumbang.

Dalam hati aku bertanya-tanya, lho padahal si penjualnya kenal sama si Kumbang, tahu bagaimana kondisi perekonomian keluarganya. Bukannya dengan menerima uangku berarti justru akan membuat hidup si Kumbang lebih baik?

Aku merasa semakin tidak enak dan berutang budi banyak pada si Kumbang ini dalam mimpiku ini.


BANGUN TIDUR
Ketika aku bangun dari tidur, aku juga merasa bahwa aku berutang budi lagi pada si Kumbang ini dalam kehidupan yang sebenarnya. Lebih dari sekedar Schnitzel dan uang Rp 6.000,-, yakni sebuah pelajaran hidup.

Si Kumbang mau memberi dari kekurangannya.

Aku pernah mendengar kata-kata ini, tapi dengan mimpiku ini aku merasa seperti diingatkan lagi, karena aku masih lebih sering memberi karena aku memang mempunyai itu dalam jumlah yang cukup.

Semula aku tidak percaya akan hal ini, karena bisa saja kan aku melihat ini sebagai "cara hidup di daerah kami". Tapi dengan hadirnya si Penjual yang hadir untuk menerima uang si Kumbang, aku merasa mantap kalau mimpi ini adalah wangsit dari Gusti Allah.

Memberi dari kelebihan kita itu tidak salah, tetapi kalau tidak hati-hati ternyata bisa menjerumuskan kita ke dunia kesombongan.

Ketika aku berkata "terima uangku saja", barangkali ada pikiran "si Kumbang kan miskin, kasihan" dalam otakku.

Dhuh Gusti, ampuni aku.


MIMPI
Pada mimpi kali ini, aku bukan bermaksud buat tidur lagi, tapi mimpi dalam arti cita-cita.
Jadi di sini ya Tautologi ini dimulai hehe

Aku mempunyai sebuah mimpi di masa muda, yang sampai sekarang rasanya belum bisa-bisa aku wujudkan karena aku merasa sampai sekarang belum punya cukup faktor X untuk memberi makan mimpiku ini.

Melalui pelajaran hidup di mimpi ini,
aku mau berusaha untuk mulai memberi dari kekurangan (di faktor X itu)
karena begitulah sejak kecil cara hidupku sebenarnya sudah diasah :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar