Laman

Rabu, 19 Mei 2010

Piring Makan Wismaya Adi Purnama

Indonesia Negara Asia Pertama Juarai GEC 2009

Kampanye Stop Kelaparan Melalui Produk Piring. Putra-putri terbaik Indonesia berhasil menjuarai beberapa lomba science tingkat internasional. Kali ini enam siswa menjuarai Global Enterprise Challenge (GEC) 2009 yang dilombakan di Glasgow, Skotlandia. Ini prestasi pertama yang diraih negara Asia. SENYUM lebar menghiasi wajah Wismaya Adi Purnama dan lima temannya ketika menerima medali dari Surya Institute dan United in Diversity di Palalada Restaurant, Alun-Alun Indonesia, West Mall Grand Indonesia, kemarin (26/8).

Siswa SMA Taruna Nusantara, Magelang, dan kawan-kawannya itu berhasil menjuarai Global Enterprise Challenge (GEC) 2009. Selain Wismaya, tim juara tersebut terdiri atas Lita Gunawan (SMAK Yahya Bandung), Rizki Satrio Nugroho (SMA Madania PIS Bogor), Evelyn Antoinette (Bina Bangsa School Jakarta), Asyraf Firas Abdurrasyid (SMAN 1 Bandung), dan Christa Yona Twedrian (SMA Regina Pacis Bogor).

Surya Institute yang diketuai Prof Yohanes Surya PhD dan United in Diversity yang didirikan MIT Sloan School of Management, Universitas Indonesia, adalah pembimbing enam siswa tersebut. Mereka ingin memberikan penghargaan sendiri ketika piala dari GEC Skotlandia belum tiba. Rencananya, piala tersebut akan diserahkan oleh Gordon McVie (GEC Creator & Convener) kepada tim GEC Indonesia.


Untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan pada 22-23 Juli tersebut, tim Indonesia memang tidak perlu datang ke Glasgow. Tapi, cukup mengirim karya atau proposal. GEC adalah lomba inovasi dan entrepreneurial kelompok remaja berusia 16-19 tahun. Keikutsertaan tim Indonesia tahun ini merupakan partisipasi kedua. Tahun lalu juga ikut, namun belum beruntung. Tim Merah Putih hanya menduduki peringkat ke enam dunia.

Sebelumnya, enam siswa tersebut mengikuti seleksi tingkat nasional di Jakarta pada 29-31 Mei lalu melalui ASEAN Science Entrepreneur Challenge (ASEC). Menurut Wismaya, ada 48 peserta dari 18 SMA dan perguruan tinggi di Indonesia yang mengikuti even tersebut. Tim juri membagi peserta menjadi delapan kelompok secara acak. Satu kelompok terdiri atas enam siswa dengan latar sekolah berbeda, jurusan berbeda, dan gender berbeda. Tim juri ingin membuktikan bahwa perbedaan latar belakang tidak menjadi sandungan untuk bekerja sama. Dari seleksi itu, Wismaya dan kawan-kawan tampil sebagai pemenang. Mereka berhak mengirimkan karyanya untuk mewakili Indonesia ke ajang internasional di Glasgow, Skotlandia.

Tidak kurang dari 15 negara yang bersaing di Glasgow. Mereka harus menjawab tantangan (challenge) persoalan yang diberikan NASA (National Aeronautics and Space Administration), salah satu panitia, yang dirilis melalui internet. Tantangan itu adalah merancang prototipe dan rencana bisnis produk yang bisa dipasarkan secara komersial. ”Semua konsep, rancangan prototipe, rencana bisnis, dan rekaman presentasi itu harus disajikan dalam waktu tiga menit,” papar Wismaya. Peserta hanya diberi waktu 24 jam untuk membuat rencana bisnis tersebut.

Temanya tentang kelaparan. Panitia menunjukkan, setiap hari satu miliar orang di dunia kelaparan. Di lain pihak, rumah tangga di negara-negara G-20 membuang jutaan ton makanan sisa senilai miliaran dolar. Peserta GEC 2009 ditantang untuk merancang model berupa produk atau jasa inovatif yang bisa mengurangi makanan terbuang (reduce food waste). Tim Indonesia sepakat membuat rencana bisnis dengan kampanye stop kelaparan. ”Apalagi tiap lima detik satu orang meninggal karena kelaparan,” kata Rizky Satrio Nugroho, anggota tim.

Bentuk kampanyenya adalah tulisan tentang kelaparan yang ditempelkan pada piring berbahan porselen. Bisnis yang dirancang dalam kampanye ini adalah memproduksi piring-piring tersebut sebagai media kampanye. ”Kenapa piring? Piring dipakai semua orang sehingga mudah untuk melihat pesan yang ingin kami sampaikan,” ujar Asyraf Firas Abdurrasyid, pencetus ide tersebut. Mereka berencana memproduksi 1.000 hingga 5.000 piring. Asumsinya, produksi 1.000 piring bakal membutuhkan modal Rp 22 juta, sementara untuk 5.000 piring hanya Rp 67,5 juta. ”Jauh lebih murah jika kita memproduksi dalam jumlah besar. Namun, mana yang akan kami pilih bergantung investor yang tertarik dengan konsep yang kami tawarkan,” kata Christa Yona Twedrian. Nanti, lanjut dia, sepuluh persen dari hasil penjualan piring itu akan disumbangkan untuk berbagai kegiatan sosial.

GEC punya central mission control (CMC) yang tersebar di berbagai negara. Tim Indonesia dan Singapura bergabung di CMC di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta. Di situlah tim Indonesia dan Singapura melakukan presentasi. Tim juri GEC 2009 adalah George Abbey, senior fellow Baker Institute for Public Policy Rice University, bersama rekannya, Derek Blackwood, presiden Americas the Wood Group.

Nilai inovasi dan kreativitas Wismaya dkk berhasil meraup angka 29, dengan rentang nilai 21-35. Nilai costing 28 dengan rentang nilai 19-30, nilai market research and marketing 28, dan communication mendapat skor 30 dengan rentang nilai 20-33. Total skor tim Indonesia 115 poin. Dengan perolehan nilai itu, Indonesia berhasil menghadang laju juara bertahan Selandia Baru. Tim Merah Putih juga mengalahkan Amerika, Jerman, Australia, Skotlandia, dan Jepang. Indonesia menjadi negara Asia pertama yang mampu menyabet juara sejak GEC diluncurkan pada 2002.

Saat menerima penghargaan kemarin, enam siswa itu kembali mempresentasikan rencana bisnisnya di hadapan undangan yang sebagian besar investor. Presiden Direktur PT Gajah Tunggal Tbk menyatakan tertarik berinvestasi ke produk yang dipamerkan para siswa tersebut. Dia juga memberikan ucapan selamat kepada mereka. Rizky merasa bangga atas keberhasilan timnya. Apalagi persiapan mereka amat singkat. ”Hanya satu hari,” seru mereka hampir serentak. ”Sempat buntu juga sih. Untung, Firas punya ide mengampanyekan kelaparan lewat piring,” lanjut Rizky.

Meski semula tidak saling kenal, mereka berenam langsung cepat akrab. Apalagi mereka hanya diberi waktu 24 jam untuk mengirim konsep dan rencana bisnis kepada panitia. Yang membanggakan, mereka bakal mendapat beasiswa serta bebas memilih jurusan dan masuk Universitas Indonesia tanpa tes. ”Kami senang sekali karena bisa menang lomba internasional mengalahkan negara-negara besar,” ucap Lita Gunawan. (JP)

diambil dari
http://bukucatatan-part1.blogspot.com/2009/08/indonesia-negara-asia-pertama-juarai.html

Wismaya Adi Purnama, siswa kelas XII SMA Taruna Nusantara ini, adalah teman sekelas penulis selama 2 tahun, di kelas XI-IA3 dan XII-IA8.
Kreasi dan inovasinya tak pernah berakhir, orang yang amat luar biasa!

2 komentar: