Laman

Kamis, 29 Juni 2023

Subsidi Transportasi Publik

Sepuluh tahun yang lalu, saya menikmati subsidi tarif khusus angkutan/transportasi publik untuk mahasiswa, di negeri orang..


Selasa lalu, saya bersyukur boleh menikmati subsidi transportasi publik untuk mahasiswa itu, di negeri sendiri..!

Kota Semarang Hebat, dan ke depannya akan benar-benar #SemakinHebat ketika komitmen Pemkot yg begitu luar biasa ini disambut baik oleh warganya (masyarakat sipil, swasta, dan personil pemerintahnya sendiri): Ayo lanjutkan naik (bagi yg sudah), dan ayo ikutan naik Angkutan Publik (bagi yg belum)..!!!

Tarifnya terjangkau:
a. Tunai Rp 4.000
b. Non-tunai Rp 3.500
c. Tarif khusus Rp 1.000 berlaku untuk kelompok pelajar, MAHASISWA, veteran, lansia, dan orang berkebutuhan khusus

Dan syarat untuk mendapatkan tarif khusus ini, nggak pakai ribet dong: kelompok di atas cukup membayar sambil menunjukkan kartu identitasnya

Memang sih transportasi publik di Kota Semarang ini (@transsemarang@brttransjateng) masih buanyakk kurangnya. Kita terus suarakan saja yg mjd saran/ masukan kita. Contoh baik salah duanya telah dilakukan oleh teman2 dari #KPTS dan @transportforsmg. Izinkan saya untuk spill ya: Angkutan publik di kabupaten/kota sebelah lebih parah lagi kondisinya, jadi kita Warga Semarang sebenarnya boleh untuk sedikit berbangga (tapi harus ikut mendukung perkembangan angkutan publik kotanya ya.. :D)

Untuk mewujudkan #JalanRayaMilikKitaBersama (jalan raya yg berkurang kemacetan, tingkat kecelakaan, dan emisi CO2nya), kita anak2 muda perlu bergerak dan berjuang bersama, biar Kota Semarang suatu hari nanti juga nggak kalah dari Jakarta dan kota2 besar lainnya di dunia


Tulisan ini pertama kali muncul di Instgaram milik penulis Kristanto Irawan Putra (@kris_sal3) | Instagram

Rabu, 07 Juni 2023

A Sharing Knowledge from #BeatPlasticPollution (Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023)

 Happy World Environment Day!

Coincidentally, the Closing of CAP-SEA Project (March 2023) and the recent World Environment Day Celebration of UNEP shared the similar tagline #BeatPlasticPollution

It encourages me to share the knowledge from The Design for Recycling (D4R) Study for Plastic Packaging from the CAP-SEA Project. One of the waste management challenges in the downstream is the segregation effort of PET plastic bottles into three components before recycling: the closure, label, and the body, since they are made from diverse plastic materials. Perhaps, they were not designed by the brand owners/ converters for the ease of recycling.

The D4R Study in Indonesia have proposed several criteria for PET mineral water bottles, in which the label should be <25% coverage and easy to remove (for reference: https://lnkd.in/gub_tA6q).

The figure above indicates three bottles' designs for current available products in the market (June 2023). Regarding the D4R label criterion, the design of the third bottle seems to be fully compatible for recycling. A waste collector only needs to remove the cap from the bottle's body, and so does the recycling will be more efficient than before. The third bottle is also made from the recycled PET (rPET), declaring that the closed-loop circular economy of plastic material is really possible.

For the better plastic circularity in Indonesia, the remaining tasks lay to us as consumers:
1) Do we support the implementation of a mandatory D4R criteria for all products distributed in Indonesia? The waste problem in the temporary- and final disposal site in our city really matters. Together we can urge the importance of the recycling of our daily waste.

2) How strong is our commitment and our willingness-to-pay for a better waste management in Indonesia? Even if the mandatory D4R criteria is applied, the segregation from source (Pilah Sampah) and the "reverse logistic" needs to be well-financed (Iuran Sampah/ Retribusi), especially for the plastic packaging located in sub-urban/ rural areas or outside the Java Island (where plastic recycling factories usually do not exist).

As consumers, or as the part of civil society, we always have the right and opportunity to choose, for establishing a better world.


Diposting pertama kali di LinkedIn

Kamis, 18 Mei 2023

Bursa Politik Jateng 1

Lingkungan dan Perkotaan pada hari itu membawa saya ke sebuah ruangan, di mana saya berada di ruangan yang sama dengan orang nomor satu di kota/ kabupaten Jawa Tengah: setidaknya dapat diamati di foto ada Mas Gibran (Walikota Surakarta), Mas Dico (Bupati Kendal), dan Bu Ita (Walikota Semarang).


Publik mungkin lebih mengenal Mas Gibran karena latar belakang Sang Bapak. Elektabilitas Mas Gibran dalam perebutan posisi Jateng 1 mungkin cukup tinggi karena popularitasnya. Namun, apakah elektabilitas itu dapat menjamin bahwa Mas Gibran adalah seorang pemimpin yang baik, karena Bapaknya dikenal lebih dulu sebagai pemimpin yang baik?

Manusia hidup dibekali akal budi, kitapun patut bersyukur bahwa dengan pendidikan kita semakin mampu membaca, mengumpulkan data, mengolah menganalisis, dan menarik kesimpulan secara kritis, sesuai sudut pandang kita masing-masing.

Jadi, saya tidak sepandangan dengan orang yang menganggap Pemilu adahal hal yang sesederhana
"Siapapun calonnya, yang penting saya akan memilih partai Y", apalagi yang sesederhana "Siapapun calonnya, rasanya tidak akan berdampak langsung pada kehidupan saya"

Demokrasi adalah partisipasi publik, dan kita sebagai bagian dari publik memiliki kuasa untuk mempengaruhi peta politik dalam kontestasi perebutan posisi ini. Belum tentu akan berhasil berubah sih, tapi setidaknya ya sudah berusaha. Ingat Rumus Fisika? Kalau kita bergaya, kita dapat memberikan tekanan, karena P = F/A.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan atau mempengaruhi pembaca untuk memilih atau menolak calon/ merk yang satu ataupun yang lainnya. Tulisan ini dibuat dalam rangka latihan menulis dari seorang pribadi yang dalam hidupnya tidak mau sekedar "elek-elekan" saja.

Selamat berpikir kritis..!



Tulisan ini dipublikasikan pertama kali melalui Instagram kris_sal3

Selasa, 25 April 2023

Hari Angkutan Nasional dan BRT Kawasan Metropolitan Semarang

 Happy National Transportation Day 2023..!


In 1946, the so-called DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) was in charge of bus transportation development in Indonesia. From the Cikar (a traditional cart) - to motorised Buses. As far as my current understanding, this bus transportation could be called as the Bus 1.0.

The Bus 2.0, or the next generation for the bus transportation, was the Bus Rapid Transit (BRT). Its history began in Curitiba, Brazil, with its previous term: "the Speedybus". The Curitiba's BRT was invented by Jaime Lerner, who acts as the City Mayor, and following is his quote for the public transportation:

"If you provide good alternatives for public transport, you won't have traffic problems"

To be realistic with the current condition of BRT Kawasan Metropolitan Semarang (is it rapid, is it speedy?), what should we do?
I suggest that we keep being the traffic (keep using our own motorised vehicles :p). However, I will call the BRT as "angkutan publik" instead of "angkutan umum", spread this term over and over during this year, and hope a miracle happens in 2024 :D

Nowadays, the phrase with "umum" has a pejorative/ low-opinion meaning (e.g. fasilitas umum, toilet umum). Somehow the term "angkutan publik" gives more hope for a city, because it indicates the city residents' daily needs.

Kamis, 20 April 2023

Ayo Naik Transportasi Publik (1)

 Umum Publik


Seruan kampanye naik angkutan umum terus digencarkan oleh Pemerintah Indonesia, tak terkecuali pada momen Mudik Lebaran 2023 ini. Momen mudik lebaran memang telah menjadi sebuah ritual tersendiri bagi seluruh penduduk Indonesia. Tahun ini, pemerintah memperkirakan lebih dari 120 juta penduduk akan menjalani ritual yang satu ini: pergerakan penduduk dalam skala besar dan serentak dari kota metropolitan/ kota besar ke kampung halaman.  Berbagai moda angkutan umum ditawarkan, mulai dari mudik naik kapal, naik kereta, maupun naik bus. Sayangnya, saya menilai kegiatan mudik masih didominasi oleh pergerakan penduduk menggunakan kendaraan pribadi - termasuk menggunakan motor.

Dalam rangka menganalisis pilihan moda angkutan untuk pergerakan warga ke kampung halaman, saya akan menggunakan pendekatan faktor penarik (dari kampung halaman) dan faktor pendorong (dari kota). Pertama, analisis untuk moda angkutan umum. Faktor penarik dari kampung halaman, sayangnya hampir tidak ada. Beberapa kota "sedang" mungkin memang telah memiliki angkutan umum lanjutan yang andal, misalnya Trans Semarang di Kota Semarang. Di samping layanan operasi malam hari yang ditawarkan dari Terminal Mangkang - Simpang Lima, pada Mudik Lebaran 2023 ini juga ditawarkan layanan gratis bagi calon penumpang yang dapat menunjukkan bukti tiket bahwa dirinya memang sedang transit dalam rangkaian perjalanan mudik. Sementara itu, beberapa daerah lainnya masih belum memiliki angkutan umum lanjutan yang andal, sebut saja Kota Salatiga & sekitarnya. Penumpang yang turun di Terminal Tingkir tidak memiliki banyak pilihan angkutan lanjutan, selain dijemput atau naik ojek. Angkutan Kota Salatiga hanya beroperasi dari pagi sampai sore, dikelola oleh masing-masing sopir angkota, sehingga belum dapat memenuhi standar pelayanan yang dibayangkan oleh warga yang pernah tinggal di kota yang lebih besar. Kesimpulannya, warga yang mudik menggunakan angkutan umum akan mengalami kesulitan transportasi ketika berada di kampung halamannya. Di sisi yang lain, faktor pendorong dari kota untuk mudik menggunakan angkutan umum.. (bersambung)